Sebelum Terlambat

Belum habis rasa kecewa, banyak orang melihat awal musim PSS yang jauh dari kata memuaskan: 1 kemenangan dari 7 laga, jadi juru kunci liga, dan permainan di atas lapangan tanpa visi yang jelas. Ketika sepak bola yang dibanggakan tidak merepresentasikan semangat apapun, saat itulah suporter bakalan rajin ngedumel di sosial media manapun.

Protes-protes, kemarahan-kemarahan, kekecewaan-kekecewaan, kritik-kritik menguap begitu saja di jagad digital. Potongan video pengambil kebijakan klub berisi kata-kata manis janji atas langit dan target pada klub tempat ia bekerja tak luput dari sumpah serapah suporter. Omong kosong tidak akan pernah menjawab persoalan apapun, baik di meja dewan perwakilan rakyat, juga di lapangan hijau.

Menempatkan kemarahan di 7 pertandingan awal musim belum ada tai-tainya sama sekali dibanding dengan perjalanan klub ini dari musim ke musim. Perihal berhadapan dengan kegagalan, manajemen agaknya harus berhenti mengajari suporter tentang kesabaran. Result itu semu, kami mengerti. Kekalahan sudah biasa bagi dua tim yang sedang beradu, kami paham betul-betul. Hanya saja, kami ingin permainan yang menggetarkan hati, bukan yang plonga-plongo serba kebingungan.

Kalah lawan tim promosi dan jadi juru kunci seperti spidol stabilo yang memperjelas bacaan awal musim: pelatih tidak meramu tim PSS Sleman dengan baik dan evaluasi manajemen atas kegagalan tidak pernah jelas. Rilis pers after match yang keluar adalah template tanpa solusi, menjadi gambaran ketidakbecusan. Setiap mendengar atau membaca pernyataan dari pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas kepayahan ini, saya ikut terbata-bata dalam bahasa Indonesia mengucap anjing.

Untuk setiap pekan selanjutnya, harapan selalu muncul sebelum peluit dibunyikan walau mungkin akan dan masih menjadi kosong, tepat ketika pertama kali bola menyentuh kaki. Bisa saja tambahan porsi latihan akan memperbaikinya. Bisa saja Tuhan akan menghendaki poin penuh seandainya keagungan-Nya cukup digdaya membantu klub ini. Namun, dalam dunia yang menghukum kegagalan, saat ini, kalian memang benar-benar payah.

Pagi berganti pagi katamu.

Sebelum terlambat, sayang.

Kita bisa berubah.

 

Ditulis oleh: Tonggos Darurat, Radhifan

Editor: Pandhus

Poster: Bangun