Disclaimer: tulisan ini dirangkai oleh Pandhu S dalam ingatannya tentang Superelja memulai liga dan rentetan-rentetan perjalanan di dalamnya.
Pertengahan bulan kelima 2019 jagat dunia bola nusantara menabuh bedug tanda lekasnya pesta. PSS bersiap bertualang di kasta tertinggi Liga Indonesia, angan akhirnya kesampaian setelah lebih dari sepuluh musim bertarung di level kedua. Bersama 17 kontestan lain, Elang Jawa akan berebut tahta gelar kehormatan, yang tegar akan bertahan dan yang tak kuat akan degradasi. Musim 2019 ini, kompetisi lekas bulan Mei dan berakhir Desember.
Menjelang bergulirnya liga, PSS sudah harus banyak bersabar karena banyak problem yang mengiringi. Seto nampaknya jadi orang paling pusing di Sleman sebab ia hanya diberi budget minim untuk membentuk tim, kedalaman skuat pun cukup jomplang belum lagi jadwal liga bikinan federasi yang bikin ngelus dada. Tak ayal target yang dituju pun tidak muluk, cukup bertahan di Liga 1 untuk musim selanjutnya. Beberapa persoalan di atas kemudian membuat banyak keraguan muncul dari segala lini penggiat PSS.
Di laga pertama PSS harus sudah menjalani match yang berat dengan bertemu Arema, tim Bakrie yang kaya raya. Bagi tiap tim olahraga pertandingan pertama pastilah krusial karena akan berdampak pada mental bertanding dan rasa percaya diri untuk laga seterusnya. Di Maguwoharjo melawan Malang, masing-masing elemen menjalankan tugasnya dengan bijak, alhasil 3 poin pertama diraih.
Namun publik kembali dibuat cemas karena 4 laga selanjutnya PSS hanya mampu mengais 3 angka masing-masing ditahan imbang Padang dan Bhayangkara di kandang, draw di Papua, dan takluk di kandang Persija. Elang Jawa mulai menyentuh track hebat pada pekan 11 sampai 13 ketika bertandang berhasil menaklukan Los Galacticos Madura United dan Badak Lampung, juga mencuri 1 angka di Borneo. Racikan Seto terbukti ampuh hingga pada paruh musim PSS bertengger di posisi ke 7, di lain sisi sayap muda Irkham Mila digaet Timnas U-23 guna menjalani Sea Games di Filiphina. Coach Seto cukup lihai mewarnai tim dengan kolaborasi pemain muda dan senior, pemain-pemain muda tak gentar diturunkan pada laga-laga krusial.
Berkat hasil apik pada putaran pertama, rasa percaya diri skuat Elang Jawa kian terpancar. Menariknya lagi PSS justru lebih banyak meraih poin ketika bertandang, Semen Padang, Bhayangkara, dan Persebaya adalah korban-korban yang mendapat kekalahan ketika menjamu PSS di putaran kedua. Di akhir musim pertamanya, target terpenuhi dan PSS finish di peringkat 8 dengan catatan 12 kemenangan, 12 hasil imbang, dan 10 kali menelan kekalahan. Dari 34 laga PSS juga berhasil mencatat 9 cleanseet, mencetak 45 gol dan kebobolan 42 kali.
Banyak catatan gemilang di musim yang aneh ini. Yevhen yang sebelumnya cukup diragukan berhasil menunjukan kapasitasnya dengan turut berada di jajaran top skor, ia sukses mencetak 16 gol. Si kentang Batata juga tampil apik dan tak tergantikan di pos gelandang bertahan. Pemain-pemain muda seperti Chanigio dan Alkanza juga diberi kepercayaan pelatih pada beberapa laga. Ega, Munyeng, Gufron nampaknya juga kian klop di barisan belakang.
Musim aneh yang banyak disyukuri, banyak hal tak terduga terjadi pada sepak bola, tentu saja. Bersyukur karena hasil yang dicapai, bersyukur kita punya Seto. Dengan segala keterbatasan yang ada, tangan dinginnya sukses menorehkan histori yang cerdik. Meski banyak problem yang muncul, ia dan anak asuhnya justru tampil ceria di sela-sela sesi latihan. Hasil yang dicapai pun kian memantapkan kepercayaan fans pada Seto, sebab jika tim berprestasi jelek, publik dan media selalu mempunyai segudang senjata untuk makin membuat ngilu jajaran elit klub. Mesiu mereka ialah pekerjaan di bursa transfer yang tidak terlalu masif dan minimnya budget yang dikeluarkan.
Musim aneh telah berlalu, tak ada yang tahu apa yang akan terjadi musim depan. Rumor transfer yang riuh di timeline baiknya disikapi seperlunya saja, tak perlu ngoyo mempertahankan nama pemain. Toh siapapun pemainnya kita pasti support, kalau baik ya kita respect kalau jelek ya kita kritik.
PSS dan Sepak bola selalu memberikan pengalaman akan intensitas hidup kala bola melesat ke jala. Dari peluit kick off dimulai kita menanti gol dan tak tahu kapan gol akan terjadi. Ketika tiba-tiba gol terjadi posisi yang sama sulit akan terulang lagi. Dari sinilah bola membentur kehidupan yang kosong dan rutin. Dan dalam benturan itulah bola memberi kebahagiaan. Terimakasih dan tetaplah kick off, PSS Sleman.
Pandhus,
Desember 2019