Disclaimer: dengan menahan murka dan sakit hati, Pandhu menulis kata demi kata dalam geram yang ditahan, dengan perasaan pedih yang sama denganku, dengan kalian, dengan orang-orang yang sama kaget dan sama tidak percayanya bahwa kabar datang sangat tiba-tiba tidak masuk akalnya.
Kita tidak tahu persis bagaimana kesedihan itu datang, ia datang tiba-tiba dari berbagai arah yang entah. Kamu akan sulit menghalaunya sebab ia tak berwujud. Ia menghajarmu, melumpuhkan kuda-kuda yang sudah lama dipertahankan. Seperti kita semua mencintai PSS, kita berharap ia berada di lajur yang baik. Tidak seperti apa yang sedang terjadi.
***
15/1 siang linimasa gempar. Secara tiba-tiba dan tidak melalui akun ofisial tim, ceo mengumumkan pelatih baru. Pelatih kiper asal Spanyol yang sempat jadi asisten Luis Milla di Timnas lalu diangkat jadi headcoach setelah cv yang ia kirim diterima si ceo. Dengan demikian, dipastikan Seto tak lagi menangani tim kesayangan kita ini. Lantas bagaimana bisa tim media ofisal dan jajaran tim pelatih yang musim lalu turut menangani PSS tidak tahu jika akan ada keputusan besar begini? Beberapa jam sebelumnya, PSS melalui ofisial instagram merilis Arthur Irawan. Bek yang musim kemarin bahkan hanya bermain 3 kali di tim degradasi. Dan bukankah pemain seharusnya direkrut dari hasil rekomendasi tim pelatih.
Lemas sekali rasanya, putra daerah yang sudah banyak memahami tubuh Elang akhirnya disingkirkan. 2016 lalu ia berhasil bawa PSS dua besar di ISC B, 2018 juara Liga 1, dan tahun lalu dengan segala keterbatasan ia bawa Elang Jawa terbang di antara banyak ‘macan’ dan ‘singa’. Riwayat apik yang tercipta dari banyak keyakinan, ketabahan, dan tekanan fans yang ingin hasil indah. Ia melampauinya bahkan di samping banyak kebijakan buruk elit klub. Seto membuat kami terlihat ‘menjadi’ tim sepak bola lagi.
Perihal buntunya negosiasi Seto dan ceo, Fatih mengklaim ia sudah bertemu 6 kali dan tidak menemui kata sepakat. Memangnya apa sih yang diinginkan Seto sehingga tidak ada titik temu? Bukannya Seto hanya ingin kejelasan tentang pengelolaan tim, lapangan latihan yang ada, bonus pemain yang jelas, dan bukankah dengan dana pelit yang diberi manajemen ia berhasil meramu tim dengan bijak. Aku dan kamu yakin, hal-hal baik untuk PSS yang diinginkan Seto tidak diamini oleh elit klub. Terakhir bahkan ia menolak tawaran pekerjaan Timnas sebab masih menaruh hati di Sleman. Di lain sisi, pemain lama yang sudah dikontrak masing-masing meluapkan kekecewaan di sosial media pribadi, sebab mereka bertahan karena yakin masih akan ditangani Seto.
Tanda pagar #InSetoWeTrust meledak lagi, setelah jungkir balik yang ia lakukan, alih-alih mendapat timbal balik ia malah disingkirkan. Memang, tak ada nama yang lebih besar dari tim ini, tapi kita semua mengiyakan apa yang telah ia perjuangkan selama ini.
Aksi bonus bosku, boikot pertandingan, delapan tuntutan yang tak digubris semakin memperjelas suporter hanya dipandang sebelah mata oleh elit klub. Untuk PSS, keyakinan tak akan runtuh sekalipun harus babak belur. Untuk banyak orang, PSS adalah bunga harapan yang abadi, kasih yang tak berujung. Jika suara kebaikan untuk PSS tidak didengar sama sekali, apalagi kalau tidak melawan dengan sebaik-baiknya.
Kini udara sedang tidak baik, maka biarlah perlawanan jadi saksi akan apa yang seharusnya layak dan wajar dalam hidup Elang Jawa ini. Perlawanan yang kemudian berujung kebaikan, hal tersisa dari usaha dan jerih payah suporter yang habis-habisan. Suatu saat ketika kuasa elit klub ini runtuh, kiranya akan mengembalikan mereka dalam kesadaran bahwa mereka hanyalah orang biasa yang berbuat dosa pada PSS.
Pandhus,
Januari 2020