Sindhunata pernah menulis di trilogi sepakbolanya mengutip Johan Cruyff bahwa 90 menit pertandingan berlangsung ditentukan oleh 3 menit terakhir. Apa saja yang terjadi di dua babak bisa saja berubah di menit-menit itu. Untuk para pemain sepakbola, mungkin segala ketangguhan mereka diuji di 3 menit itu apakah kubu yang memimpin tidak kehilangan fokus dan tetap bisa mengontrol permainan atau bagi kubu yang tertinggal bisa mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menyamakan kedudukan atau bahkan membalikkan keadaan.
Bagi para suporter, 3 menit terakhir itu sama berartinya karena pesta yang kadang di depan mata bisa berubah pilu dan sebaliknya pula. Kesedihan atas kekalahan kontra Cilacap di Jepara pada final ISC B beberapa tahun lalu masih bisa samar-samar kuingat. Gol terus berbalas sepanjang pertandingan. Fakta bahwa PSS Sleman mencetak gol di awal menit berjalan ternyata tidak memuluskan sisa menit kemudian. Cilacap membalas dua gol sekaligus dan membalik arah pertandingan. Sleman fans yang melingkar di seluruh sudut tribun stadion berdegup kencang jantungnya. Gol penyeimbang tercipta dan skor berubah 2-2. Nyanyian terus dilantangkan sementara pertandingan masih ruwet berjalan. Saling balas gol terus terjadi di sisa babak kedua memaksa babak tambahan dihadirkan. Pertandingan masih sama temponya, berbalas serangan demi serangan yang semuanya terkesan berbahaya. Skor masuk di gol keenam 3-3. Emosi para suporter naik turun bak roller coaster, sebentar naik merayakan gol sebentar kemudian anjlok turun karena klubnya kebobolan.
Sementara di lapangan pemain sungguh kelelahan. Permainan berubah menjadi hanya saling serang nyaris tanpa pertahanan yang taktikal. Siapa saja bisa mencetak gol jika pihak bertahan melakukan kesalahan. Pada kondisi ini, mental menekan lebih kuat dari sepak pemain kea rah gawang. Pertandingan masuk di bagian akhir babak tambahan ketika Cilacap membawa bola dan melesakkan tendangan melewati kiper Agung Pras. Skor berbalik untuk Cilacap dan suporter kalang kabut lantaran waktu menyisakan sedikit sisa. PSS masih berusaha menekan untuk kembali menyamakan kedudukan tapi Ega Rizky menyelamatkan gawang musuh dengan sangat tenang dan peluit akhir berbunyi sembari meneteskan air mata seisi stadion Jepara.
Itulah hari aku benar-benar tau Bagus Nirwanto dan Ega Risky benar-benar pemain yang menyulitkan lawan.
(Tonggos/Mei 2020)