Orang-orang ramai marah di lini masa, satu dua kali berseling guyonan bahwa bek tengah PS Sleman masih Alfonso dan ia bermain buruk seperti biasanya. Sepakbola dibahas riuh hari ini dengan huruf-huruf yang berjajar; g-o-b-l-o-k, sama seringnya dengan j-e-m-b-u-t. PS Sleman tiba-tiba saja mengumumkan tayangan langsung tanpa penonton kontra Persib sebagai partai uji coba di suatu siang yang begitu saja lewat barengan dengan bangun tidurku. Sepakbola di Sleman belum pernah dirayakan seasing ini. Orang tidak berbondong datang, menunduk pada layar-layar smartphone mereka khusyuk merindukan Superelja sambil memaki-maki di media sosial; kangen mungkin.
Apa boleh bikin, obat yang manjur rasanya pahit dan ini yang sedang ditelan orang-orang di tribun selatan. Ada kerelaan hati yang diucapkan lirih, lantaran memang berat untuk memutuskan hidup tanpa sepakbola dalam hari-hari. Meninggalkan sepakbola walaupun sementara nyatanya tidak semudah anak SMA memutuskan bolos sekolah untuk berlatih PES atau Fifa di rental-rental dekat sekolah. Sebagai bagian dari perayaan sepakbola yang megah dengan nyanyi-nyanyi penuh doa dan semarak selebrasi gol, tribun selatan mengambil pilihan paling berat dalam hidup untuk sejenak meninggalkan tempatnya berdiri. Tanpa bekal apapun kecuali harapan klub sepakbolanya akan menjadi lebih kuat di hari depan, menolak untuk larut di sepakbola hari ini yang pura-pura baik-baik saja.
Sore itu adalah sore kesekian setelah kata boikot terucap, dengan makian-makian yang mungkin tidak kau baca saking banyaknya yang lewat. Menyaksikan dari jauh PS Sleman bertanding dalam kebingungan sungguh menyita perasaan. Tentu saja kalimat “andai kami ada di sana” selalu timbul dalam benak, mana tau keadaan berubah dan pertandingan berbalik arah. Mengorbankan keinginan tidak pernah mudah dan ini keputusan yang kita ambil untuk Superelja yang lebih kuat kemudian hari. Apalagi yang bisa kita buat selain marah di lini masa dan berjanji untuk akan bernyanyi lebih lantang jika suatu hari kembali?
Malam itu, setelah siang yang mengejutkan dan sore yang sarat emosi, aku menyudahi hari dengan menonton lagi video Alfonso luput menyundul bola, lalu “bajingan” dan lelapku. Cepat sembuh.
(Tonggos/Februari 2020)