Mia Famiglia

Kemarin, di perayaan hari jadi PSS Sleman, sebenarnya keluargaku juga merayakan hari jadinya. Berdiri di 2003 dengan nama Slemania Arus Bawah Ultras PSS atas ide Gobeer Ahmad dan Fariz. Namanya terkesan panjang dieja sehingga biasa disingkat saja menjadi Ultras PSS. Atau Ultras saja untuk lebih cepatnya, Jika 17 tahun lalu kalian mendengar nama ini, mungkin kalian akan tertawa karena nama yang terkesan utopis. Jauh sekali dari realitanya bahwa lingkungan suporter sepakbola Indonesia masih jauh dari iklim eropa. Bentuk-bentuk dukungan yang meriah kala itu lebih dekat menyerupai suporter amerika latin yang semarak warna-warni dan penuh pesta. Keberadaan Ultras yang berbeda tentu saja membuat kelompok kami harus terpinggirkan. Aku sendiri dulu melihat aneh kelompok ini dari kejauhan. Berpakaian serba hitam di tengah lautan hijau dan cenderung berisik saat tribun terdiam.

Tahun 2007, Ultras tersingkir dan terpaksa dibekukan. Beruntung generasi kedua berhasil menghidupkan kembali gairahnya di tribun selatan setahun kemudian lewat perjalanan-perjalanan away yang tidak dihadiri Slemania secara resmi, di situlah Ultras PSS berusaha tetap hadir. Berusaha tetap menghadirkan dukungan di tempat-tempat yang tidak mungkin. Di tahun-tahun itu sampai sekitar 2010, generasi kedua dan setelahnya berinisiatif mengumpulkan para anggota pendahulu. Menguatkan lagi semangat yang sempat loyo untuk menghidupkan semangat lagi di tribun selatan. Mendukung PSS di sisi lain. Memberikan teror pada tim lawan ke belakang gawang yang dulu tidak tersentuh dukungan.  Pada satu dekade Ultras PSS di 2013, lahirlah lagu stick together dari Ultras yang melawat ke Blitar dan Pasuruan waktu itu.

Sepulang dari rangkaian away, kami menggalang acara satu dekade dan mengumpulkan lagi semua anggota yang pernah tercatat, semua kaos dan banner dari tahun-tahun lalu yang pernah dibuat. Tak lain sebagai pengingat bagi para pendahulu bahwa perjalanan yang mereka tempuh sudah sekian panjang dan tidak ada alasan untuk berhenti, sementara untuk kami generasi penerus bahwa catatan perjalanan panjang mereka adalah pelecut bahwa tidak ada alasan lain untuk segera memulai. Yang tua merangkul yang muda, yang muda menghormati yang tua. Begitulah yang kami pegang dan begitulah kami menjadi kuat. Sejauh yang aku selalu ikuti sejak kedatanganku di 2008, keluarga ini selalu bisa menjadi inisiator di tengah kebuntuan kala klub sedang jatuh, menjadi perekat dengan kelompok-kelompok lain di Sleman, dan tidak pernah kehilangan semangatnya lagi untuk terus menemani PSS Sleman. Setelah 17 tahun berlalu, segala obrolan yang dulu pernah terucap tidak lagi bisa dianggap bualan.

Hujan roll kertas, pyroshow melingkar, koreografi, deretan bendera raksasa, dan lautan handbanner warna-warni. Jika kamu dulu mendengar obrolan tentang itu di kamar kos kami, mungkin kamu menganggap kami semua adalah pemimpi. Tapi jika kamu melihat yang sudah terjadi dan ceritaku ini, maka itulah yang kami upayakan.

Tonggos,

Mei 2020

Recent Posts

Social Media