Tentang buku yang tergeletak di tepi kasur pagi ini adalah Senyap Yang Lebih Nyaring, sebuah antologi blogpost Eka Kurniawan antara tahun 2012-2014. Aku cukup beruntung mendapatnya dari kemurahan hati Mojok Store dan sejak hari pertama buku itu dibuka, aku masih sering mengulang lagi membacanya karena asik saja tersesat di tulisan orang secara acak dan menanggapi tulisannya dalam pikiran. Sebenarnya sebelum ini aku masih berkutat di kumpulan puisi Edo Wallar berjudul Pesta Sebelum Kiamat. Entah sebab apa aku menutup sebentar puisi-puisi itu dan membuka halaman tengah buku Eka ini. Dengan kebetulan, aku sampai di tulisan tentang Ilustrado-nya Miguel Syjuko. Eka mengutip di dalamnya, “Jatuh cinta tak lain tentang membuat rencana-rencana.” Maka aku mulai dari situ.
Suporter sepakbola di belahan bumi manapun, jatuh cinta pada klub yang tinggal dalam hatinya. Kamu tidak perlu ragukan apapun. Tidak perlu pakai standar apapun untuk mengatakan bahwa suporter adalah orang paling jatuh cinta di dunia. Suporter akan mempersiapkan yang terbaik yang bisa ia dapatkan untuk menghadiri satu pertandingan sepakbola, bahkan untuk partai ujicoba sekalipun. Kamu tidak akan bisa bedakan ini kostum ujicoba, atau itu kostum liga resmi. Suporter akan sama bersemangatnya berangkat menuju stadion. Kandang maupun tandang. Mungkin kamu pernah satu waktu dalam hidupmu menghabiskan waktu berlama-lama di depan kaca, mencoba membuat pas semua outfit dari atasan, celana, sepatu, bahkan kaos kaki, dan jaket, melakukan beberapa pose seolah-olah kamu ada di pertandingan. Aku sering melakukannya.
Kemeja ini dengan celana ini, nanti pakai sepatu ini, pas banget untuk pertandingan melawan kota ini besok akhir pekan. Ada rencana-rencana kecil yang tidak kita sadari, mungkin, bahwa kita ingin mempersiapkan yang terbaik saat nanti berada di stadion. Suporter menyisihkan uangnya untuk membeli sepatu dan jaket baru sekalipun kondisinya bekas, supaya bisa hadir di pertandingan dengan persembahan sebaik mungkin. Kurang lebih seperti orang-orang berangkat ke gereja, atau ke masjid, atau ke tempat ibadah manapun sewaktu hari raya. Harga yang melekat di tiap tubuh orang-orang bisa saja berbeda tapi percayalah itu yang terbaik yang telah kamu persiapkan.
Sebagai kelompok, suporter juga berencana masak-masak demi satu pertandingan ke pertandingan lain. Tribun selatan pernah membakar belakang gawang karena roll kertas yang terlampau banyak dari tribun berhambur ke lapangan, tersulut api flare di pembuka laga dan pertandingan tertunda cukup lama. Kertas-kertas itu sudah bagian dari rencana beberapa hari yang sempat membuat semua toko alat tulis dan perkantoran kehabisan stok roll kertas mereka. Bahkan beberapa orang sampai membuat gulungan mereka sendiri dari kertas bekas. Koreografi selalu juga menjadi persiapan yang ribet tapi tetap melulu dilakukan. Dimulai dari rembugan gambar, lantas membuat sketsa dari tali-tali rafia, lalu membagi kertas-kertas warna di kerumunan manusia. Semua selalu dipersiapkan sebaik-baiknya, sepantas-pantasnya. Berharap ada rasa bangga yang ikut bermain di lapangan sana, di luar taktik pelatih dan kemampuan para pemain. Seolah, “kami beri yang terbaik, maka bermainlah yang terbaik.” Jika aksi-aksi penuh rencana, tidak bisa terlaksana, itu pasti pada kesempatan sepakbola harus diselenggarakan jauh dari rumah. Partai tandang sudah cukup menyita waktu jauh hari sebelum keberangkatan. Entah karena penjadwalan, pemilihan transportasi, kebingungan cari surat ijin, surat sakit, atau mencari alasan-alasan bolos lain agar bisa sampai di kota orang dan menyanyikan lagu-lagu dari klub yang kita puja.
Bahkan jika semua rencanamu tidak berjalan baik (telat mendaftar rombongan away, atau tidak dapat ijin cuti kerja, atau tidak punya cukup uang untuk berangkat), kamu masih punya rencana cadangan yang membuatmu tetap bisa berangkat di menit-menit akhir. Sekalipun itu aksi nekat untuk menempuh perjalanan dengan motor skutikmu yang sudah lama lupa diservis, atau dengan sengaja membolos kerja dan sekolah tanpa ijin, atau menjual barang yang sebenarnya kamu sayangkan, akuilah bahwa hal itu ada di dalam otakmu, menjadi bagian dari rencana kecil terakhirmu jika hal-hal tidak berjalan sesuai kehendak. Dan percayalah sekali lagi, bahkan di menit-menit akhir keberangkatanmu, kamu akan kembali sekali lagi ke depan kaca memastikan bahwa perjalananmu yang akan tergesa-gesa kali ini tetap dalam pakaian terbaik yang bisa kamu upayakan. Karena kamu sedang jatuh cinta, dan jatuh cinta tak lain adalah tentang membuat rencana-rencana.
(Tonggos/Mei 2020)