Diclaimer: tak seperti diduga sebelumnya, tulisan yang semula monolog oleh Pandhu S berubah di menit akhir menjadi doa dua kepala dari saya dan Pandhu. Kekhawatiran macam ini ada di benak banyak orang yang mengimani Superelja, yang dengan kerendahan hati ditangkap Pandhu lewat kata-kata dan dengan segera saya ikut beberapa kata di dalamnya. Sepertinya ini tulisan kolaborasi pertama kami dan jalan baru menuju yang berikut-berikutnya.
Buatku, Kau tak pernah menjadi problem di lalu lalang pikiran. Kau elok di hati ribuan penggiatmu. Dan ketika musim yang aneh sudah habis aku hanya ingin mengisi kekosongan dengan mengagumi dinosaurus, berbincang mengenai makiavelis, mendengar dongeng gugurnya Bisma, dan lainnya sembari menunggu kejadian-kejadian kelak. Menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan, pekerjaan yang baru-baru ini dikerjakan pengikutmu sambil bertabiat: semoga caramu membentuk tim tak seperti yang sudah-sudah.
“Akankah datang semua yang ditunggu? detik-detik berjejal pada mistar yang panjang”
Sapardi menuliskan penantian paling relevan buatku dan seperti itulah selalu pra-musim untuk kesederhanaan sepakbola tanah Sleman. Penantian selalu begitu panjang untuk dijalani namun terlewat singkat garis akhirnya kemudian. Layaknya yang sudah-sudah, persiapan selalu seakan lambat dan tiba-tiba sudah dekat waktunya peluit pertandingan dimulai tanpa kita sadar sudah siapkah kapal ini menerjang gelombang.
Semoga Kau lekas sadar ini bukan cuma soal pekerjaan, tapi tentang bagaimana seseorang membuka diri pada kemungkinan yang akan terjadi dan menolak sejumlah anggapan-anggapan yang langganan menyerangmu. Kita tak paham, tak akan pernah tahu, akan terjadi seperti apa alur ini. Persiapan yang terlalu minim, jajaran elite klub yang kerap berganti-ganti, rasa was-was yang sangat besar, semoga tradisi ketakutan dalam sepak bola yang bermacam-macam itu tak ada lagi dalam tubuhmu.
Beberapa kabar tak resmi yang terdengar berganti pagi dan malam membuat fragmen-fragmen ringkas berkelebat sepanjang hari. Aku tak ambil pusing, beginian kan memang dinamika sebelum liga. Masing-masing punya kebebasan berpendapat di ruang tak terbatas media sosial. Batata dan Yevhen yang resmi bertahan adalah sebiji berkah yang aku syukuri di sela-sela kegemparan perginya Brian dan rumor hengkangnya coach Seto. Reaksi spontan dan ala kadarnya mungkin memang harus tetap ada dalam jiwa sepakbola. Olahraga kulit bundar kiranya tetap mempunya jiwa kejujuran kanak-kanak, kata Sindhunata. Tanpa kejujuran kanak-kanak, bola hanya akan menjadi kompleks taktik dan strategi, rumit dan membosankan.
Saat tulisan ini terbersit, belum ada lagi kabar rilisan resmi untuk pemain musim depan. Nampaknya tiap awal musim kita memang diharuskan punya rasa sabar berlebih. Semoga Kau sadar bahwa lebih baik berlari daripada bermalas diri, sebab kata Johann Wolfgang “dalam sepak bola manusia yang malas berlari akan kalah dan tertinggal”. Mestikah diherankan jika nantinya fans di sebuah komunal tani bisa mengobrak-abrik elite klub jika tuntutannya dilecehkan? Tapi bukankah sepakbola tanah ini dibangun dari kepedulian macam itu?
Kau sudah cukup kuat di musim kemarin, dan kini waktumu untuk berbahagia. Musim yang aneh sudah lewat dan semoga musim yang baik akan terjadi. Jagalah hasrat dan mimpi tentang juara dengan cara melewati pertandingan satu demi satu dengan sebaik-baiknya, mengerahkan kemampuan dengan sehebat-hebatnya. Selebihnya biarkan nasib yang mencari jalannya sendiri. Karena sehebat-hebatnya Napoleon, toh akhirnya ia mesti merelakan Wina.
Tonggos & Pandhus,
Januari 2020