Mendorong giat literasi sepakbola, Campusboys, turut mengadakan Gelar Wicara sebagai rangkaian dari perayaan dies natalis keenam komunitas yang berdiri sejak tahun 2016 ini yaitu KickOff #3. Mengangkat tema “PSS Dulu, Kini dan Nanti”, acara yang diselenggarakan di Tilasawa Coffee tanggal 31 Juli ini, dihadiri lebih dari 200 peserta yang sebagian besar merupakan pendukung PSS Sleman.
Oul Santoso, sebagai pemantik pertama bercerita tentang pengalamannya yang sempat punya kesempatan menjadi pemain sepakbola profesional, namun lebih memilih menjadi pendukung setia PSS Sleman. Oul juga bercerita banyak tentang lika-liku perjalanan PSS Sleman dari era perserikatan bahkan hingga problem pembibitan pemain lokal. Oul meyakini bahwa, akar sepakbola di Sleman adalah klub-klub yang ada di desa. Maka, bicara tentang sepakbola Sleman, bukan hanya tentang PSS Sleman tetapi juga tentang klub-klub di desa yang turut menghidupi keberadaan lapangan desa.
Pemantik kedua, Tonggos Darurat, kemudian menyambung cerita-cerita Oul Santoso, terlebih tentang dinamika budaya pendukung dalam merayakan sepakbola, khususnya di Sleman. Tonggos percaya bahwa sepakbola tidak berhenti di sembilan puluh menit. Upaya untuk merayakan sepakbola, tidak berhenti di teras sorak. Menulis, adalah salah satu cara merayakan PSS Sleman di luar hari pertandingan. Menulis itu murah, mulailah.
Sengaja didatangkan, pemantik ketiga, Zen RS memberi catatan penting soal pentingnya budaya bermain sepakbola. Sebab, petaka akan datang jika kita hanya terbiasa menonton dan tidak kembali bermain sepakbola. Sejalan dengan apa yang disampaikan Oul, memberdayakan sepakbola akar rumput bisa dimulai dengan menggunakan lapangan-lapangan desa untuk bermain sepakbola. Zen juga berpesan untuk mulai berani membangun kanal-kanal sepakbola alternatif khususnya di akar rumput, agar kita tidak hanya tergantung pada jadwal pertandingan liga yang kerap bermasalah. Sepakbola Indonesia hari ini belum modern, sepakbola kita hari ini seperti fase sepakbola Inggris sebelum Tragedi Heysel ujar Zen.
“Yang dirayakan dari sepakbola lokal adalah diri kita sendiri, sepakbola lokal adalah anak kandung yang sah dari masyarakat yang kita huni, segala kebahagiaan termasuk kebusukannya bukan sekedar cerminan dari kondisi kita tapi bagian dari kita sendiri.” – Zen RS
Teman-teman yang belum sempat hadir di Gelar Wicara kemarin, kabarnya dokumentasi diskusi akan diunggah di kanal Youtube. Kita tunggu saja. Panjang umur, literasi sepakbola Sleman.
Oleh: Alif Madani