disclaimer: Pandhu memulai, saya menambahkan. No other words: respect.
***
Sepanjang yang diingat, ia pernah menjinakkan Superelja pada final turnamen berformat liga 2016 silam. Sebelumnya, ia telah kerap mendengar kemahsyuran Superelja, superioritas para punggawanya tak terbendung sedari babak penyisihan sampai semifinal. Setelahnya, ia mampu berkerabat baik dengan Superelja sampai-sampai kini dianugerahi ban kapten di salah satu sisi lengannya. Bagus Nirwanto, cara menggiring bolanya bak mengendarai motor. Digasnya kencang si kulit bundar sambil melihat satu-dua-tiga lini, dibunuhnya mesin motor itu dengan rem dan menengok kanan-kiri. Bercucuran keringat, kadang lengan kaus dibuatnya mengusap separuh wajah.
***
Bagus Nirwanto -biasa disapa Munyeng- memulai karir bersama Laskar Sembada pada 2017, ia menggantikan posisi Deny Rumba pada musim sebelumnya, bek sayap kanan. Kau tahu ia tak tergantikan jelang dan sampai Superelja menggapai juara Liga 2, momen yang bersejarah itu. Meski sempat mudik ke Borneo beberapa bulan, sebelum liga 1 musim lalu lekas ia ditarik kembali ke bumi Sembada dan di sinilah satu musim dilalui dengan baik. Ia selalu dipercaya Seto mengisi full-back kanan berdampingan dengan Jajang juga Samuel di sisi kiri. Satu musim penuh berjibaku ia cuma mengantongi tiga kartu kuning.Sebagai bek sayap tentu lumayan bersih, sebab pengisi posisi ini mesti turun dengan cepat saat balik diserang, lebih-lebih tak boleh ketinggalan penyerang lawan.
Kau tau, di arena laga ia kerap berlari membungkuk menghindari lawan yang hampir tiba dan berseru hendak menghalangi. Dengan nafas tersengal-sengal sejenak ia dan bola bertukar pandang, barulah kemudian bola di kaki kanannya melaju kencang nyaris tanpa kendali, namun ia cukup bijak dan tidak membuatnya terjerembab. Di antara itu Munyeng dan kawan-kawannya meredam para petarung lain. Superelja berlatih dengan elok sebelum bersiap mengurung mangsa. Mereka menerkam mangsa, digoresnya luka sedikit saja, sebelum si musuh terpaksa menyerah.
Kau tau, peristiwa ketika si kulit bundar di kaki pembawanya selalu menawan bagi penyuka sepakbola dan menjadi kesenangan sejak tahun-tahun yang tak lagi dapat teringat. Laga lepas laga antusias dilalui sampai akhir liga, sampai sepasang mata para penikmat bola tak lagi terikat pada lapangan yang sejenak dibiarkannya istirahat. Dengan tekad kerjanya yang kuat; pada kaki-kakinya yang tangguh dan intersep ciamik yang tanpa ampun, Munyeng cukup baik mengisi salah satu tubuh Superelja. Dengan cara itu juga kemudian ia kerap kali dipuja.
Kukira pada musim keempatnya ia mulai menyukai angin di lereng Merapi. Ia sempatkan menyapa penggiat Superelja, selepas laga maupun di lini masa. Kupikir pula itu salah satu cara untuk sejenak rehat sembari mengencangkan sekrupnya lagi, sebelum kembali berkelana dengan tangan mengepal mengalahkan tekad Goliath. Bersama Superelja, kawanan musuh tak tahu malu siap dihajarnya. Si kapten lambat laun menampakkan rasa kagumnya pada Elang. Ia selalu hadir pada festival pertunjukkan. Pada momen-momen kemenangan yang terjadi, saat awan-awan berhenti menggumpal, daun-daun berhenti jatuh, air kali terlambat mengalir, menyiratkan beberapa waktu yang berhenti bergulir. Lampu-lampu Maguwo dinyalakan, bersamaan dengan nyala kebanggaan para pemuja Elang.
Kau tau, elang kuat di teritorinya. Menjadi yang berkuasa atas apa yang dihidupinya; udara. Elang terbang dan memangsa siapa yang hendak ia terkam. Sebagai satu tubuh, Munyeng adalah satu dari cakar yang tajam, yang bisa kamu andalkan di belantara sepakbola Indonesia. Ia satu dari yang bisa kita selipkan nama dalam doa-doa. Keteguhannya dalam memainkan peran di sepakbola dalam dedikasinya di Superelja hari ini tak ada banding -kecuali disandingkan dengan jatuh bangun Batata si kentang-. Seandainya, semua pemain seteguh ini hatinya, tentu tak ada lagi ragu kita dalam kurun peluit 90 menit.
Munyeng, Batata, Ega, Baha,
juga siapapun pemain yang berjuang dengan kostum PSS, kamu dapat respect dari kami.
(Tonggos & Pandhus/Maret 2020)