Kehilangan-Kehilangan di Kemudian Hari

Disclaimer: Pandhu hampir kehilangan kesabaran sekaligus masih menguji ketabahannya, dalam pikirannya sendiri semua hal mulai campur aduk di kebimbangan.

11/366 siang, sosial media PSS Sleman masih sepi dari berita baik. Seperti tahun-tahun kemarin, manajemen PSS masih sama saja dari yang sudah-sudah: bermain santai pada bursa transfer pemain. Akun resmi twitter maupun instagram selalu jadi acuanku -dan mungkin kebanyakan PSS fans- untuk menjadi sumber informasi perihal PSS baru mencetuskan beberapa pemain saja. Nama terakhir yang diikat manajemen adalah bek sayap yang musim kemarin membela Persela, Samsul Arifin. Pemain cukup berpengalaman di kasta tertinggi Liga Indonesia bersama Persela, konon Samsul sudah ditaksir Coach Seto sejak musim setahun lalu. Makin lama aku kian hafal dan terbiasa alur persiapan tim yang lelet dan bobrok gini. Tak apalah pemain lepas asal cepat ditambal dalam kerja manajemen yang terlihat, bukan begitu? 

Saat tulisan ini kubangun, baru tercatat 13 pemain yang dikontrak manajemen untuk musim kompetisi 2020, yaitu: trio asing, trio pemain muda, Gufron, Ega, Munyeng, Dery, Sukarta, dan terakhir Samsul. Hampir separuh komposisi inti musim kemarin dilepas atau tidak diperpanjang kontrak oleh manajemen. Nama-nama yang menjadi bahan pokok tim musim lalu satu per satu diteken kontrak kompetitor lain, sebelum Haris, Brian, dan Samuel yang hijrah ke Madura, Rangga yang mencari cinta di tim polisi, terakhir yang paling hangat adalah Yudho dan Dave minggat ke Arema. Belum lagi rumor Try Hamdani juga Ikhwan Ciptady yang diisukan berlabuh ke tim promosi.

Masih saat tulisan ini kubangun, bahkan nama pelatih belum juga dirilis manajemen. Publik sempat heboh setelah beberapa hari lalu koran lokal menyatakan Seto menjadi satu nama yang turut menjadi asisten pelatih Timnas, namun berita tersebut cepat dibantah oleh mantan pemain timnas itu. Cara kerja manajemen PSS yang begini tentu saja memunculkan murka di kolom komentar sosial media ofisial tim. Memang benar ada kutipan bahwa, “Tak ada nama yang lebih besar dari lambang candi di dada”, akan tetapi kalau keputusan-keputusan yang diambil jajaran PT PSS sangat lambat dan justru menimbulkan problem klasik seperti persiapan yang mepet, wajar bukan ketika mencuat banyak argumen yang menyerang manajemen?

Saat bursa transfer begini, kita biasa dihadapkan pada bermacam rupa rumor. Ada berita yang ngawur, ada pula yang jujur. Oleh karenanya, aku cenderung gemar menunggu rilisan ofisial tinimbang mengikuti rumor. Mengikuti rumor ibarat kita harus move on lebih cepat dari hal yang kita angankan padahal belum kita miliki, ketika nama yang muncul ternyata sebatas penghangat media. Rumor adalah cerita yang tentu saja belum valid keasliannya, bisa saja rumor sengaja dibikin untuk melejitkan nilai tawar suatu pemain.

Separuh tim yang musim lalu bertarung dengan keren sudah terlanjur pindah jersi, secara materi pastilah komposisi pemain untuk musim depan harus dibangun dengan kewalahan. Apalagi jika melihat modal manajemen musim lalu yang hampir paling miskin dari kontestan lain. Nampaknya ada salah satu jurus yang harus dikuasai untuk terus memupuk keyakinan pada Elang Jawa, yaitu: menunggu. Dan untuk siapapun yang akhirnya mengisi tubuh Elang Jawa pasti anda sekalian sudah paham betul, bekerjalah dengan keras, jika anda bermain sepenuh hati, fans tidak akan lupa dengan jasamu. Jadi, mari betah-betahan menunggu.

Pandhus,

Januari 2020

Recent Posts

Social Media