Player Profile: Traktor di Ladang Kentang

Si kulit bundar akrab sekali dengan kakinya. Bola dijamah dengan penuh gairah bak tanah basah sehabis kemarau lama. Ia menikmati kemanapun arah bola seakan lupa tambalan-tambalan bekas luka pada sepasang kakinya. Pun dalam mengirim umpan, rekan-rekannya merasakan betapa bola kirimannya nikmat disantap. Grafik pekerjaannya terus meningkat hingga kini dielu-elukan para penggiat Super Elja. Guilherme Batata, pemain berpaspor Brasil si Gladiator Laskar Sembada.

***

Pemain asal Brasil memang akrab dengan sepakbola kita, mereka-mereka ini laris diburu tim-tim Indonesia. Sedari dulu PSS juga tidak asing dengan pemain asal Brasil, sebut saja Anderson Da Silva, Marcello Braga, hingga Deca Dos Santos saat Elang Jawa di track yang sedang apik-apiknya, kasta tertinggi liga. Selepas berpuluh musim tak merasakan level itu, musim 2019 ini PSS kembali mendatangkan pemain asal Negeri Samba, Guilherme Felipe de Castro atau akrab dipanggil Batata.

Awal kedatangannya mengucap banyak rasa ragu, sebab pada musim sebelumnya ia diban oleh federasi liga India karena meludahi wasit. Kedatangannya dari Gokulam Kerala FC juga dibarengi cedera, lantas ia tak dapat langsung memperkuat Elang Jawa di awal musim. Menurut situs transfer market, PSS mendapat tanda tangannya dengan nilai transfer hanya 150 ribu euro saja, nilai yang kecil untuk kelas pemain asing. Dari beberapa fakta itulah kemudian muncul banyak keraguan di publik sepakbola Sleman.

Menurut data soccerway dan transfer market, Batata dapat bermain di pos gelandang bertahan, sayap kiri dan bek kiri. Sebelum bermain di India, ia juga sempat menjadi bagian tim Athletico Paranaense yang berkompetisi di Serie A Brazil 2016 dan pernah memperkuat tim junior Brasil U-17 bersama Neymar, Coutinho, Casemiro, hingga Alisson Becker.

Batata melakoni debut resmi di Liga 1 2019 saat Tim Elang Jawa mengandaskan perlawanan Kalteng Putra di putaran pertama. Ia tampil pada babak kedua setelah menggantikan Brian Ferreira. Awalnya Batata yang berposisi gelandang bertahan harus bersaing dengan pemain muda Wahyu Sukarta, namun sejak debut hingga pekan 28 ia bermain reguler menjadi traktor di tubuh Elang Jawa.

Pada sepak bola modern era ini, dinamika permainan akan terwujud ketika sebuah tim memiliki pemain tengah yang gemilang. Kemampuan bertahan dan menyerang yang balance pastilah banyak berpengaruh pada hasil akhir pertempuran di lapangan. Melihat daya juangnya, ia menjadi salah satu pemain berpengaruh di tubuh Elang Jawa musim ini. Kemampuan bertahan sangat disiplin, feeling untuk attack pun terbilang oke. Pemain berkelas macam Pluim hingga Paulo Sergio kuwalahan saat berhadapan dengannya.

Batata bak pesulap yang mempertontonkan keahliannya di atas lapangan. Ketika kakinya memeluk si kulit bundar, penonton menikmati betapa bola terangkat dengan lihai dan jatuh ke sasaran yang tepat. Sebagai gelandang bertahan ia bermain dengan penuh tanggung jawab dan disiplin. Kadang ia berkebebasan menyerang tapi juga mengatur tempo. Banyak orang bilang, Batata ada di mana-mana.

Ibarat mesin pembajak sawah bernama traktor, ia mempermudah kerja rekan-rekannya. Pekerjaan bertahan yang berat terasa ringan, berkat traktor pula aliran bola ke depan dapat dipersingkat waktunya. Tubuhnya yang gempal tak menghalangi ruang geraknya yang fleksibel.

Aku melihatnya penuh kesederhanaan, menurutku caranya hidup adalah bekerja sebaik-baiknya pada hari ini, dan esok hari bekerja lagi sebisa-bisanya. Itulah filsafat sepakbolanya. Ia adalah traktor lapangan yang tak ingin menyandang bintang-bintang kehormatan di baju perangnya. Ia berangkat ke lapangan hijau dan bersama Laskar Sembada menggempur keraguan-keraguan yang ada. Pencerahan dan pembebasan nampak di karirnya kini.

Sejauh ini hingga pekan 28 liga 1 2019 ia mencatatkan 22 caps dengan 3 asis. Pada beberapa waktu, ia juga masuk jajaran pemain terbaik di tiap minggunya.  

(Pandhus/November 2019)

Recent Posts

Social Media