Obituari untuk Pak Kabul: Penjaja Masa ke Masa

Kabarmu datang lebih cepat dibanding teriakanmu menjajakan arem-arem di sore-sore biasanya. Siang ini lini masa bertabur surat kepergianmu. Banyak orang merasa kehilangan, tentu saja. Di antara manusia yang memadati sepakbola dari masa ke masa, sosokmulah yang akrab dan tak pernah terjumpai menggenggam amarah. Senyummu yang khas ramah adalah warna lain di antara Maguwoharjo sore yang rupa-rupa cat tribunnya. Bersama dengan kami tumbuh, kamu jugalah saksi di antara kami memelihara sepakbola. Tentu saja kuyakin, kau selalu berdoa agar PS Sleman tetap berada di performa terbaiknya, sebagaimana sepakbola berkembang di tanah ini seperti itulah pula keranjangmu cepat kosong. 

Kamu menyaksikan sepakbola di 3 wadah yang berbeda baik Tridadi, Mandala, maupun Maguwo. Aku sendiri tak pernah tau apakah kamj bisa mengingat setiap gol tercipta karena ramainya orang-orang mencarimu demi air dalam gelas dan tahu-tahu yang tanggung rasa asinnya. Setiap orangtua yang mengenalkan PS Sleman pada anaknya seharusnya mengenalmu karena kehadiranmulah sepakbola dapat diwariskan. Mengikat anak-anak dan kekagumannya pada Superelja sambil memilih isi keranjang yang kamu jaja.

Lain waktu kamu mengisi belakang gawang, ikut duduk akrab di tengah jeda sepakbola yang kadang membosankan. Celotehan dan keakraban dari kami dan darimu seperti keluarga yang bertemu tiap kali sepakbola terhelat. Kami semua seolah mengenalmu dekat karena memang begitulah kamu datang. Beberapa kali kami terdiam tersihir dalam permainan sepakbola yang buruk, kadang terpaku juga pada sepakbola yang kurang asa, maka tak lama suaramu datang menolehkan kepala kami, “wes ra jajan, ra nyanyi.” Setelahnya pasti kami mengobok-obok keranjangmu dan gurauan satu-dua terucap lalu kembali kami bernyanyi. 

Setelah satu dekade lebih perjumpaanku denganmu, seiring perjalanan kami menghidupkan sepakbola kembali pada gairah, mungkin memang kepergianmu sudahlah kumplit. Kamu menyaksikan perjuangan, menyaksikan kesabaran, menyaksikan perayaan. Sejak Ligina, lantas Liga Utama, dan akhirnya kembali di strata ini, kamu sudah menyaksikan banyak hal terjadi pada Superelja sekaligus ikut merayakannya.

Aku tak akan mengingatmu tentang kepergian,

Aku akan selalu mengingatmu tentang perjumpaan.

 

“mipisi mas, mipisi mbak” guraumu sembari lewat

“monggo pak Kabul, ngatos-atos teng swargo” jawabku.

Tonggos,

Desember 2019

Recent Posts

Social Media