Walaupun jarang bisa melihat sebuah gol dengan jelas, biasanya karena bendera yang tidak berhenti berkibar, atau asik menghadap belakang waktu bernyanyi bersama teman di tribun, atau mata memang tidak begitu terbuka karena alkohol, tapi sepanjang aku menonton sepakbola ada beberapa gol yang aku tangkap. Jika memutar balik ingatan-ingatan pada gol itu, seluruh detailnya masih bisa jelas tergambar dalam pikiran. Seringkali kita sudah mengira jika gol itu akan terjadi karena serangan dibangun dengan apik dan menjanjikan. Dengan umpan-umpan yang terukur yang membuat musuh kebingungan, kita tau bahwa peluang kali itu akan merubah papan skor.
Momentum macam ini buatku adalah detik-detik penuh keheningan, sekalipun tribun selalu bernyanyi sekeras-kerasnya. Momentum inilah ketika mata kita tidak lepas pada arah bola, nyanyian sudah menjadi hafalan luar kepala sehingga mulut tetap saja bersuara walaupun telinga sudah tuli mendengar kebisingan lain. Pada detik-detik menegangkan ini, aku selalu sempat melirik ke tribun lain dan memastikan mereka merasakan yang sama denganku, orang-orang mulai tercengang sambil perlahan berdiri dari duduknya, memastikan doanya di ujung tanduk terkabul. Karena aku biasa ada di bagian depan tribun maka aku tidak benar-benar bisa melihat bola lesat masuk ke gawang, tapi ketika momentum itu terbangun dari kaki ke kaki, aku juga terbengong sama seperti yang lainnya. Panggilan apapun dari teman sekitar tak akan menjadi soal lagi karena kita masuk pada detik-detik keheningan.
Kita hanya mendenga doa kita sendiri dalam hati, degup jantung jelas sekali sesak di dada, mata terkunci di arah bola, lalu ketika jaring gawang digetarkan bola yang masuk, segala suara yang tadi berjejal di gerbang telinga seperti masuk bebarengan dengan buku kuduk yang berdiri. Bising menguasai seketika sambil berjingkrak kegirangan karena papan skor berganti angka. Kedap suara di detik-detik sebelumnya langsung sirna berubah sorak paling gempita. Kalau kamu ingin mendengar seperti apa bising suporter, momentum itulah yang terbising karena nyanyi-nyanyi kegirangan. Kadang nyanyian Ale Slman Ale tidak bersamaan dilantunkan, sudut sana memulai dulu disusul sudut sini dan itu tak jadi soal asal gol terjadi.
Rasanya seperti dahaga yang dibayar bedug maghrib saat berbuka puasa dan detik-detik sebelumnya adalah hening serupa ramadhan waktu siang. Detik-detik itu adalah waktu-waktu permintaanmu diputuskan oleh Tuhan apakah akan terwujud. Jika Tuhan tidak berkehendak, maka detik-detik itu berubah seruan kecewa dari seluruh penjuru tribun yang diikuti 1-2 umpatan dari manapun asalnya. Aku sendiri punya ingatan kuat tentang detik-detik paling menegangkan itu. Bagaimana buatmu?
(Tonggos/Mei 2020)