Mediokritas Sepanjang Musim

Hanya terpaut empat angka dari zona degradasi, cuma mengoleksi 39 poin dari 34 laga sepanjang musim. Begitulah mediokritas PSS Sleman pada jejak kompetisi 2023/2024. Laga terakhir terpaksa jadi laga pamungkas yang menentukan nasib PSS. Selain mesti meraih kemenangan, hasil pada pertandingan lain juga turut berperan pada klasemen akhir. Mengingat skuat yang amat compang-camping, siapa pendukung yang tidak gelisah dan getir menunggu hasil peluit akhir?

Meski menang tipis lewat titik putih di ujung laga, Persib yang tidak tampil dengan tim utama berhasil bikin PSS kerepotan. Sepanjang pertandingan lagi-lagi PSS tampil kebingungan. Respon terlambat dari pelatih pada setiap laga penting dinilai menjadi remuknya hasil pertandingan. Selain itu, komposisi pemain yang menurut saya sangat tidak mumpuni jelas menjadi jawaban atas rentetan kekalahan. Pertanyaannya, sejauh mana sebetulnya evaluasi dari manajemen atas setiap hasil buruk?

Tidak belajar dari musim-musim sebelumnya, sejak awal musim memang tim ini dibentuk dengan tubuh yang pincang. Pelatih kepala yang ganti di tengah jalan tentu jadi masalah lain untuk tim. Akibatnya nyata, terhitung sejak Agustus sampai November 2023, PSS tidak pernah menang sekalipun. Tidak puas bikin pusing banyak pendukung, pada jeda kompetisi malahan manajemen PSS sama sekali tidak mendatangkan pemain lokal baru. Padahal sudah jelas kedalaman skuat yang jomplang pada setengah kompetisi berjalan.

Memang, datangnya Ajak dan Elvis lumayan jadi penyejuk pada awal-awal masa adaptasi. Namun, statistik di kemudian hari jelas jauh dari ekspektasi. Banyak chance yang harusnya jadi poin sering dibuang sia-sia. Belum lagi blunder yang kerap dibikin si kiper impor. Pertandingan versus PSM dan tandang Borneo adalah sedikit dari banyak kebodohan yang terjadi. Bukannya jadi tumpuan, pemain-pemain asing ini kadang malah jadi beban tim.

Akhirnya, pada masa-masa rampungnya liga, pendukung seperti menggembala nasib ke medan padang pejagalan. Perkakas terakhir yang menjadi pekik tekad sisa kompetisi benar-benar pendukungnya sendiri. Satu barisan, ribuan mimpi yang gelisah sepanjang 90 menit di tiap-tiap pertandingan. Berharap PSS bisa selesaikan musim tanpa penyesalan.

Hastag #MoveForward menjadi ironi, mengingat PSS tak hanya bersaing dengan dasar palung, namun juga dengan kesehatan mental tim atas rentetan hasil payah. Setiap laga, para pemain tidak terlihat bermain dengan bangga dan gagah. Seperti datang ke lapangan dengan tangan terikat dan telinga tertutup. Seperti karyawan yang hanya digaji untuk menyelesaikan pekerjaan, tanpa pikir panjang akan hasil yang didapat.

Menurut kabar teranyar, lewat direktur tim, PSS punya target 6 besar untuk musim depan. Saya agak heran dengan pernyataan tersebut, sebab isu soal sanksi FIFA saja hingga kini belum ada rilis resmi telah terselesaikan.


Ditulis oleh: Pandhus
Gambar: Galih