Sampai Ketika Laga Dibuka

Orang-orang mulai bergegas datang, tidak lama setelah matahari mulai melipir dari atas kepala. Dari segala penjuru segera berjubel di 4 pintu. Yang datang lepas sekolah dan kerja segera bergabung dalam rombongan. Berkerumun di sudut masing-masing nyaman mereka entah condong di sayap timur maupun barat. Obrolan berputar di sekitar orang-orang berkumpul, di depan loket-loket tanpa antrian karena memang sudah ludes dagangan tiket.

Tidak begitu lama dari kerumun itu, orang-orang mulai melingkar dalam tanjakan spiral, lagi, entah di timur atau barat. Berjalan gontai pelan-pelan teratur. Merogoh tiket dari saku masing-masing dan bersiap untuk pengecekan. Sedikit macet karena jalur menyempit. Semua tabah dalam sumuk dan aroma keringat. Berjubel dalam barisan 2 lajur. Lorong pendek mulai menggemakan suara-suara langkah kaki saling bertumpuk. Manusia tersebar dalam tatakan semen begitu pintu membawa semua keluar sekaligus masuk. Rumput yang hijau di stadion Maguwoharjo segera terdampar dalam pandangan. Penuh kilau takjubmu pada megahnya. Tepat saat para pemain masuk untuk pemanasan, tribun mulai berjubel atas sesaknya manusia sekalipun masing-masing pada tempatnya. Semakin mendekati mulai, gerakmu semakin terbatasi.

Hampir tidak ada ruang lagi seperti para penjaja air mineral dan jajanan biasanya mengeluh terjebak di tengah kumpulan. Semua pemain masuk lagi ke ruang ganti maka gantian belakang gawang yang isi acara. Sementara bass drum dan snare mulai terpasang, bendera mulai dilolosi dari lipatannya, dibentang lebar-lebar dalam joran-joran yang siap meliuk dalam hampir 2 jam ke depan. Tes ombak tempo dengan tabuhan perkusi mepet di pagar depan. Sembarang lagu atas namamu mulai dinyanyikan lirih oleh satu kumpulan, manut temponya dari genderang depan. Kumpulan lain bergabung dalam paduan suara diikuti sisi-sisi tribun lainnya. Pada lagu kedua semua sudah ikut ambil bagian, menyanyikan lagu-lagu bagai ritus pembuka sebelum sajian utama santap malam. Saat ini matahari sedang condong walaupun belum ingin terbenam.

Inilah gilirannya kami pemanasan sementara tim bersiap pada strategi. Setelah lagu-lagu barang sedikit, annoucer mulai bacakan line up pemain. Satu demi satu penggawa berakhir Ale pada namanya seperti dalamnya amin pada sebuah doa. Lagu wajib federasi diputar lewat pengeras suara tanpa khidmat, kedua tim masuk untuk upacara ramah-tamah, basa-basi tukar salam dan adu lempar koin untuk tentukan siapa lebih dulu dapat bola. Di belakang gawang, tidak ada kata lebih tepat daripada siap. Tuan rumah dan tamu sudah tertata dalam masing-masing paruh lapangan. Wasit menunduk pada jam, mengaktifkan penanda waktu, dan meniup peluit pertama.

Lalu hujan beribu kertas dari belakang gawang.

Penuh bersahutan di udara,

macam air terjun susu seperti gambaran surga.

Dengan semarak nyanyian dan pujian.

Dengan tepuk tangan dan harapan.

Sesama kawan saling tukar pandangan,

Katanya dalam hati,

“kita menang hari ini”

 

(Tonggos/Mei 2020)

Recent Posts

Social Media