Ia memiliki nama yang kerap luput dari lidah orang ketika membicarakan tentang PSS. Tak salah juga, memang ia tak terlalu gemar di penglihatan lampu sorot. Mudah untuk mengingat gol yang tercipta dan cerita heroik bagaimana benteng lawan dengan mudahnya ditembus. Namun susah untuk merekam tekel krusial dan intersep yang membuat jala gawang tetap diam. Buatku ia adalah George Martin bagi The Beatles. Markah yang senantiasa mengingatkan harapan. Ia konstan dalam setiap tonggak perjalanan PSS. Ia ada ketika di bawah maupun di atas. Ia tetap ada meskipun dari tahun ke tahun satu per satu koleganya pergi, entah karena tergoda akan kemewahan yang ditawarkan di stadion lain atau karena kualitas yang mulai tak sejalan. Baginya, komplimen senyap dan kesederhanaan kabupaten ini sudah cukup. Mengabaikan setiap penghargaan yang sepadan dengan talentanya.
Meski belakangan ini terlihat ada rayap yang mencoba membuat posisinya rapuh, ia tetap teguh pada titiknya. Hanya intervensi yang mampu menyingkirkannya. Ia tak perlu menunjuk angka statistik maupun mulut orang jabatan untuk membelanya. Ia percaya akan persepsi objektif tentang dirinya. Beban di pundaknya setiap kali menuntun rekannya keluar dari lorong pun tak ia rasakan. Ia terima setiap mata penuh kegusaran yang menyaksikan. Baginya kegelisahan publik miliknya juga. Kegelisahan suporter ia pilih bayar dengan tangisnya. PSS telah menjadi bagian dari dirinya. Ia pantas mendapatkan lebih dari yang selama ini ditawarkan.
Banyak yang mengamini bahwa lebih baik menyalakan api daripada mengutuk kegelapan. Namun ia memilih lilinnya tetap utuh. Membiarkan orang mengapresiasinya dalam kegelapan yang paling sunyi. Untuk setiap ide lawan yang berubah ketika bola berada di sisi kanan pertahanan PSS, kali ini aku menolak untuk mengagumimu dalam diam.
Kapten kami di lapangan
Diberkatilah kaki kananmu
Jadikan noda di celanamu anugrah bagi kami
Berikanlah pada kami hari ini
Setiap keringatmu secukupnya
Ampunilah kesalahan orang-orang di sekelilingmu
Sebagaimana kami mengampuni dosa-dosa Dewi Fortuna
Janganlah membawa dirimu ke dalam godaan
Kaulah kami di lapangan
Bebaskan kami dari kutu di setiap sayap
Menyebut namanya dalam pujian adalah hutang yang perlu dibayarkan kepada kebajikannya. Bagus Nirwanto!
ditulis oleh: Radhifan