Dimulai dari minus tiga, disertai banyak hal buruk yang sudah menjadi biasa, sedang cambuk enam besar adalah optimisme nyata sebagai cita obat pelepas dahaga. Mantan pemain Liga Italia jadi pelengkap skuat banderol milliaran. Satu, dua dan tiga adalah poin susah yang nyatanya tak gampang untuk dibawa. Pelatih dari negeri Samba kemudian jadi tumbal pertama untuk jawaban paling nyata tentang enam besar yang didamba-damba.
Terik-terik matahari Manahan semakin membosankan, keluh, kecuh dan kemudian saling tak acuh. Maki-maki dan saling menghargai bukan jembatan untuk menyelamatkan, sulut kemarahan adalah menjadi pembohong di depan kamera media ofisial.
Kalimat-kalimat keyakinan dan optimisme sebelum liga dimulai, hari ini menjadi lauk pauk menyebalkan. Dua tiga pemain kelas bintang dengan harga milliaran terbantahkan di atas lapangan. Menjawab kebusukan permainan dengan pergantian pelatih kelas teri dari negeri sebrang.
Tentang Dirtek yang dielukan sebelum liga berjalan hanya dijawab dengan penunjukan CEO dari pelatih kawakan. Bung, apa iya kamu akan menjawab setiap masalah dan persoalan dengan lempar bola ke pusat Jakarta? Bung, apa iya psikis pemain yang terhantam akan kamu jawab dengan semua sudah diusahakan? Bung, apa iya kenyang pengalaman akan dijawab dengan menurunkan kebanggaan?
Nama besar yang kamu sandang, tentang nama klub lalu yang terpampang, kemudian duduk manis di klub kabupaten yang kami banggakan. Tentang mereka yang di lapangan, kaki-kaki yang diberkati, atau hasil nihil yang harus diakui. Bung, apa iya akan menyenangkan sebagai pelepah pisang yang hanya ditancap tanpa dipergunakan?
Ditulis oleh: Carang
Editor: Pandhus
Poster: Galih